Rabu, 14 September 2011

Sejarah Munculnya Ilmu Mantiq

         Berfikir secara sederhana, pada dasarnya adanya atau munculnya ilmu mantik adalah sejak adanya manusia lahir di bumi. Mengepa demikian? Karena manusia dilahirkan dibumi telah dikaruniai akal fikiran oleh Allah SWT. Karena dengan akal tersebut manusia dapat berfikir sehingga ia berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain. Akan tetapi berkembangnya atau munculnya pemikiran logis atau lebih familier disebut mantik sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri terwujud belakangan, sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain. Berbicara mengenai sejarah ilmu mantik, tidak akan lepas dengan Yunani, dimana pada zaman dahulu, Yunani merupakan negara yang penduduknya mayoritas banyak yang dikarunia otak  yang cerdas. Salah satu negara yang terkenal dengan pemikirannya saat itu adalah Anthena, dimana Anthena dijuluki sebagai sumber berbagai macam ilmu. Dan diantara tokoh-tokoh pemikir saat itu adalah Socrates, Plato, Aristoteles, dan masih banyak pemikir yang lainnya. Merekalah para pemikir, dan tokoh-tokoh ilmiyah super kelas dunia, yang tidak ada ilmuan-ilmuan nasional maupun internasional yang tidak mengenal mereka. Akan tetapi khusus untuk Logika atau ilmu Mantik, Arisitoteles-lah guru pertamanya.
            Kecerdasan penduduk Yunanilah yang pada akhirnya melahirkan kelompok safdatthah(semacan debat kusir yang inginnya hanya menang sendiri, dan maunya menjatuhkan lawan saja). Pemikiran pada saat itu pun semakin berkembang, akan tetapi berpengaruh secara negatif di Yunani. Dimana mereka dengan ketangkasan berdebatya, saling menghujat dan pada akhirnya merusak system tatanan sosial, agama, dan moral dengan cara mengungkapkan pernyatan-pernyataan yang kelihatannya benar, akan tetapi pada dasarnya mereka membuat kesesatan-kesesatan pemikiran, nilai, dan moral. Diantara pernyataan-pernyataan tersebut adalah” Kebaikan adalah apa yang anda pandang baik, sedangkan keburukan adalah apa yang anda pandang buruk, dan kebenaran adalah apa yang menurut anda benar dan apa yang diyakini itu salah oleh orang tersbut, maka  itulah yang salah menurut dia”.
            Munculnya pernyataan tersebut, mengakibatkan standar nilai dan norma moral sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, karena dengan pernyataan tersebut,  seseorang dapat menentukan standar nilai kebaikan dan kebenaran maupun nilai keburukan menurut dirinya sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan orang lain. Dengan munculnya pernyatan-pernyatan tersebut, Aristoteles(383-322 SM), berusaha mengalahkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan pernyataan-pernyatan yang logis, dan brilian secara ilmiyah. Pernyataan-pernyataan tersebut ia peroleh dari diskudi bersama murid-muridnya. Keberhasilan Aristoteles menyusun tekhnik berfikir ilmiyah secara sistematis beserta hukum-hukumnya, akhirnya mengentarkannya sebagai  guru pertama Logika(Mantik) di dunia dan sampai saat ini. Julukan tersebut memang pas disandakan kepada dia, karena tidak ada yang mendahuluinya dalam menyusun sistem berfikir yang benar, dan logis, secara sistematis dengan mengembil kesimpulan yang benar seperti yang dihasilkannyua itu. Dengan kata lain, keberhasilannya meyusun ilmu tersebut adalah hasil dari usaha pikirannya sendiri.
            Karya-karya Aristoteles tersebut sangat dikagumi pada masanya maupun masa sesudahnya, bahkan Imanul Kant (1724-1804 SM), salah seorang pemikir terbesar bangsa Jerman, mengungkapkan kekagumannya”Logika yang diciptakan Aristotelis itu tidak bisa di tambah walaupun hanya sedikit, karena sudah cukup sempurna”, dismping itu, Plato salah seorang murid Aristoteles(427-347 SM), hanya bisa menambahinya sedikit. Akan tetapi. Disamping banyak yang mengagumi kesenpurnaan Logika yang diciptaka Aristoreles, ada juga yang menyangkalnya dengan alasan yang menurut mereka masuk akal. Diantara mereka adalah, Konsili Nicae(325 M), dia menyatakan menutup pusat-pust pelajaran Falsafah Grik di Anthena (Yunani), Antiokio, dan Roma. Dan pelajaran logika pun dilarang berkembang, kecuali hanya bab-bab tertentu saja, yang dinilai tidak merusak Aqidah Krristiani.
            Munculnya larangan tersebut merupakan pukulan berat sekaligus mematikan bagi filsafat Yunani dan sekaligus logika. Hingga pada akhirnya sejak masa itu hingga hampir 1000 tahun lamanya, alam pemikiran di Barat menjadi padam, hingga terkenal dngan zaman “The Dark Ages”(zaman gelap). Hingga akhirnya pada awal abad ke-7 berkembanglah Agama Islam di Jazirah Arab, hingga pada abad 8 Islam dapat meluas hingga di berbagai daerah, mulai dari barat sampai ke perbatasan Pyrences  dan ke Timur sampai Thian San. Yang menjadi pusat keilmuan pada waktu itu adalah Bahdad dibelahan Timur, dan Cordova dibelahan Barat. Pada saat itu kekhalifahan telah dipimpin oleh khalifah Dinasti Abasiyah, dan pada saat itu pula terjadi penerjemahan secara besar-besaran, yaitu karya-karya ilmiyah yunani dan lain-lainnya diterjemahkan kedalam bahasa Arab,  hingga pada akhirnya zaman itu terkenal dengan Abad terjemahan.
            Dan diantara karya-karya Aristoteles pun ikut diterjemahkan, salah satunya yaitu Logika yang hingga pada akhirnya diberi nama ‘Ilmu Mantiq. Ilmu Mantiq pun akhirnya dipelajari oleh umat islam, sehingga banyak dari mereka yang menjadi pakar ilmu Mantiq. Dan diantara mereka banyak yang menjadi pakar ilmu mantik, mereka juga banyak yang mengembangkan ilmu Mantiq sebagai sarana untuk mengislamisasikan, yaitu dengan mengungkapkan contoh-contoh yang mereka munculkan. Mereka mempelajari ilmu Mantiq tidak hanya untuk mempertajam dan mempercepat daya pikir dan mengembil kesimpulan secara logis dan benar, melainkan juga untuk membantu mereka dalam mengkokohkan hujah-hujah Agamawi, seperti wujud Tuhan, dan kebaharuan alam semesta.
            Dan diantara banyak Ulama’ dan cendekiawan muslim yang terkenal mendalami, menterjemah, serta mengarang dibidang ilmu Mantik, diantaranya adalah: Abdullah Ibn al-Muqaffa’, Ya’qub ibn Ishaq(Al Kindi), Abu Nasr (Al Farubi), Ibnu Sina, Abu Hamid (al Ghazali), Ibnu Rusyd al Qurthubi, dan tentunya masih banyak tokoh-tokoh cendekiawan yang lain. Al Farubi, pada zaman kebangkitan Eropa dari masa gelapnya, malah dijuluki sebagai guru ke2 ilmu Logika. Dan diantara Ulama’ yang sangat terkenal dibidang Ilmu Logika, diantaranya adalah Abu Ali al Haitsam, Abu Abdilah al Khawarizmi, al Tibrizi, Ibnu Bahjah, Al Asmawi, dan al Samarqandi yang terkenal tidak hanya dibelahan timur, tetapi juga dibelah Barat.
            Kemudian setelah zaman kebangkitan tersebut, menyusullah zaman kemunduran Ilmu Mantik, dimana pada masa itu banyak Ulama’-Ulama’ besar yang mennentang Ilmu Mantik, karena dianggap terlalu memuja akal, dan di khawatirkan akan menjadi zindik, ilhad, dan kufur. Diantara Ulama’ tersebut adalah Muhyidin al Nawawi, Ibnu Shalah, Taqiyuddin Ibn Taiymiyah, dan Sadudin al Taftazani. Dan diantara Ulama’ tersebut, bahkan ada yang mengharakan mempelajari Ilmu mantiq, dengan tuduhan akan menjadi kufur. Dampak dari penentangan yang dilakukan Ulama’-Ulama’ tersebut akhirnya mengakibatkan banyak Ulama’ yang tidak memperkenagkan Ilmu Mantiq diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan yang mereka asuh.
            Meskipun banyak Ulama’ yang menentang Ilmu Mantik, disisi lain juga masih banyak Ulama’ yang tetap mempertahankan Ilmu Mantik untuk dipelajari, tetapi tidak lepas hanya pada maksud untuk menggunakannya sebagai penunjang bagi Ilmu Tauhid(theologi) saja.dan diantara Ulama’ tersaebut adalah, Sayid Syarif Ali al Jurjani, Muhammad al Duwani, Abdurrahman al Akhdari, Muhibullah al Bishri, al Hindi Ahmad al Malawi, Muhammad al subban, dan tentunya masih banyak yang lainnya.
            Eropa, setelah hampir 1000 tahun dalam abad kegelapan, kemudian setelah abat ke 14-15 mulai lagi untuk mengali ilmu-ilmu Mantq(Logika). Akan tetapi, mereka belum dapat mempelajari dengan sepenuhnya, karena pada masa itu, pengucilan gereja terhadap ilmu Mantiq masih sangat ketat. Namun dengan kegairahan untuk belejar ilmu Mantiq sangat antusias, dan terutama setelah melalui perjuangan berat memisahkan gereja dari  negara menjadi sangat tinggi. Akhirnya beberapa disiplin Ilmu yang pada mulanya banyak diterjemahkan oleh ilmuan-ilmuan Muslim kedalam bahasa arab, diterjmahkan kembali kedalam bahasa latin, dan kemudian beru diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa Eropa. Hingga pada akhirnya mereka menyebut al Farubi sebagai guru kedua, dan ibnu Sina sebagai guru ketiga setelah Aristoteles sebagai guru pertama dalam bidang logika atau Mantik.
          Banyak diantara buku Ibnu Sina yang diterjemahkan kedalam bahasa latin, dan akhirnya diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa Eropa yaitu pada penghujung abad ke 12.  Dan diantara banyak buku-buku yang diterjemahkan, Logika karya .Ibnu Rusyd-lah yang dianggap paling lengkap, yaitu sekitar abad ke-14.  Dan terjemahan inilah, yang pada akhirnya disebarkan ke Paris(Peransis), dan Oxford Inggris. Setelah kegiatan penerjemahan tersebut, logika hidup dan berkembang lagi dengan subur di Eropa, Amerika, dan negara-negara lainnya.
            Sejalan dengan hal tersebut diatas, seperti yang telah diunggapkan sebelumnya, dunia Islam menjadi mundur dibidang ilmu pengetahuan. Namun dengan demikian semenjak awal abad ke-19 yang ditandai dengan gerakan-gerakan pembaharuan, yaitu ilmu-ilmu yang tadinya disingkirkan, termasuk Ilmu Mantiq, akhirnya mulai dipelajari dan dikembangan lagi. Dan munculnya gerakan pembaharuan tersebut, diantaranya dipelopori oleh Jalaludin al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan masih banyak yang lain. Dan pada akhirnya pembaharuan tersebut menyebar di berbagai daerah, hingga meluas diberbagai negara hingga akhirnya meluas diseluruh dunia Islam, termasuk Indonesia.
            Setelah mengetahui sejarah Ilmu Mantik seperti yang telah didemontrasikan diatas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwasannya Ilmu Mantiq pertama kali muncul di Yunani, tepatnya di Negara Athena, dengan guru utamanya yaitu Aristoteles. Kemudian Ilmu Mantiq juga sempat mengalami kemandekan, dimana pada zamannya Ilmu tersebut dilarang untuk dipelajari,  Dan kemudian semenjak abad ke-7, Islam mulai muncul dan berkembang di jazirah Arab, dan hinnga pada akhirnya pada abad ke-8 Islam mulai dipeluk secara meluas. Dan sejalan dengan perkembangan Islam yang begitu pesatnya, terjadilah penerjemahan secara bessar-besaran, yaitu karya-kaeya Ilmiyah Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab.  
            Dan pada saat yang sama, karya-karya Aristoteles seputar logika juga ikut diterjemahkan kedalam bahasa Arab, hingga akhirnya diberi judul “Ilmu Mantiq”. Dan semenjak itulah, Ilmu Mantiq yang dulunya tidak dipelajari akhirnya mulai dipelajari dan dikembangkan lagi. Dan dalam perkembangannya tersebut memunculkan banyak ilmuan-ilmuan Muslim yang mahir dibidang Mantiq seperti yang telah disebutkan diatas. Dan hingga pada akhirnya ilmu mantiq mengalami kemunduran,  karena ilmu tersebut dinilai dapat menjadikan kufur seseorang, dan dinilai Ilmu Mantiq terlalu memuja akal. Dan akhirnya Ilmu Mantik dapat berkembang lagi di Eropa setelah fakum hampir 1000 tahun dalam abad gelap. Yaitu dengan menerjemahkan karya-karya ilmiyah karya ilmuan-ilmuan Muslim saat itu, dan semenjak itulah Ilmu mantik/logika mulai berkembang san tumbuh dengan subur di Eropa.
            Disisi lain, Islam telah mengalami kemunduran dibidang ilmu pengetahuan seperti yang telah sebutkan di atas, hingga pada akhirnya pada penghujung abad ke-19, Islam mengadakan gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Jamaludin al Afgami beserta murid-muridnya, yaitu Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Semenjak itulah, Islam mulai bangkit dan berkembang hingga di berbagai daerah dan meluas hingga diseluruh dunia Islam, termasuk Indonesia. Dan ilmu Mantiq mulai dipelajari oleh bayak perguruan dan pondok pesantren.  Dan itulah sejarah singkat mengenai Ilmu Mantik yang dapat penulis gambarkan(kh)
           


           

1 komentar: