Minggu, 15 April 2012

TATACARA TURUNNYA AYAT

TATACARA DITURUNKANNYA AYAT AL QUR’AN DALAM PANDANGAN AS SUYUTHI
            Pendapat yang mengatakan tentang proses turunnya ayat al Qur’an ini berbeda-beda, sebagaimana telah dikutip dari bukunya Imam Jalaluddin as Suyuthi AL ITQON FI ULUMIL QUR’AN, dalam bukunya tersebut, as Suyuthi telah mengungkapkan bahwasannya dalam proses turunnya suatu ayat ini setidaknya ada 3 pendapat yang patut untuk diketahui. Pedapat pertama, dan pendapat inilah yang paling masyhur, mengatakan bahwasannya al Qur’an diturunkan ke langit dunia yaitu pada malam bulan purnama langsung secara sekaligus, kemudian setelah itu baru diturunkan secara berangsur-angsur selama 20 tahun 23 atau 25 bulan, sesuai perbedaan pendapat para Ulama’ tentang masa menetapnya Rasullaulah SAW di kota Makkah setelah diutus menjadi Nabi.
Dikemukakan al Hakim, al Baihaqi, dan yang lainnya dari riwayat yang masyhur dari Said bin Jubair, dari Abdullah bin Abbas ra, Ia berkata “al Qur’an diturunkan kelangit dunia secara sekaligus, dan turunnya itu adalah diantara tempat-tempat beredarnya bintang-bintang, kemudian setelah itu baru Allah SWT menurunkannya kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril secara beransur-angsur. Selain itu terdapat sejumlah riwayat yang redaksinya hampir sama dengan riwayat yang pertama, hanya saja pada akhirannya terdapat tambahan. Riwayat ini datang dari al Hakim dan Ibn Aby Syaibah dari riwayat Hassan bin Huraits dari Said bin Jubair dari Abdullah bin Abbas ra,Ia berkata:”al Qur’an ini telah dipisahkan dari al Zikr, kemudian dia diletakan di Baitul Izzah di langit dunia, setelah itu Jibril as menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW sedikit demi sedikit. (semua hadits yang baru saja disebutkan diatas, sanadnya adalah sahih).
Kedua riwayat yang telah disebutkan diatas telah diperkuat dengan ayat al Qur’an (QS: al Qadar:1).
$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ  
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1].
Pendapat kedua, mengatakan bahwa a Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20, 23, atau 25 laiatul Qadr, yaitu setiap malam yang telah ditaqirkan oleh Allah dalam setiap tahunnya.  Kemudian setelah itu baru diturunkan Allah setiap tahunnya secara berangsur-angsur dalam setiap tahunnya.(pendapat ini berdasarkan hasil peneitian Fakhrudin ar Razi). Dia berkata ini kemungkinan bahwasannya al Qur’an ini diturunkan pada setiap lailatul Qadar yang pada saat itu manusia memerlukan jawaban dari al Qur’an. Ia diturunkan dari lauh Mahfudl ke langit dunia.
Setelah mengemukakan pendapatnya tersebut, kemudian fakhrudin ar Razi pun benhenti(tawaquf). Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, diantara kedua pendapat tersebut, manakah yang pendapat yang lebih utama? Tentunya pendapat yang pertama lebih adalah yang lebih utama, karena disamping terdapat riwayat yang shahih, pendapat pertama juga diperkuat adalah teks al Qur’an yang menjadikan pendapat pertama terasa lebih tepat dan paling benar. Berbeda halnya dengan pendapat yang ke 2, Ibnu Katsir telah berkata: “kemungkinan pendapat tersebut dianbil oleh  Muqaatil bin Hayyan dari al Qurthuby”, selain itu beliau juga telah berpendapat bahwa “Ulama’ telah berIjma’(bersepakat) bahwasannya al Qur’an itu diturunkan secara sekaigus dari Lauh Mahfudl ke Baitul Izza langit dunia”.
Pendapat ketiga, datang dari Asy Sya’by bawasannya al Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ibnu Hajar Rahimahulah telah berkata, “sedangkan al Mawardi pernah menghadirkan pendapat yang ke4, bahwasannya al Qur’an diturunkan dari Lauh al Mahfudl secara sekaligus, dan yang menurunkannya secara berangsur-angsur kepada malaikat Jibril adalah para Malaikat Hafadlah(malaikat penjaga) selama 20 malam, baru kemudian Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 20 tahun”.akan tetapi ini adalah pedapat yang  gharip(aneh).
Abu Syamah berkata, “bahwasannya yang mengatakann pendapat diatas, sebenarnya mereka ingin menggabungkan antara pendapat yang pertama dan pendapat yang ke2, akan tetapi ini tidak menemukan pendapat yang benar”. Sedangkan pendapat yang mu’tamat adalah bahwasannya Jibril as selalu mengajak Nabi SAW Muraja’ah setiap malam dibulan Ramadhan pada setiap tahun.
Dari sekian pendapat dan riwayat yang telah dijelaskan diatas, ini mengeindikasikan(petunjuk) bahwa diturunkannya al Qur’an adalah secara sekaligus dari Lauh Mahfudl ke baitul Izza adalah sebagai bentuk pengagungan terhadap al Qur’an itu sendiri, dan juga pengagungan terhadap manusia yang akan menerima pengagungan tersebut, yaitu Nabi Muhammad SAW. seandanyai Allah menghendaki al Qur’an ini tidak diturunkan secara berangsur-angsur ke bumi menurut kejadian dan peristiwa yang berlaku pada saat itu, niscaya Allah akan menurunkannya sekaligus sebagaimana kitab-kitab yang lain yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu. Akan tetapi kali ini Allah tidak ingin menyamakan al Qur’an ini sama dengan kitab-kitab tersebut. Melainkan menjadikannya sebagai penutup para nabi dan raul yang terdahulu,  yang telah diamanatkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan memberi tahu kepada seluruh penduduk langit yang tujuh.
 Adapun penurunan dari baitul Izza/langit dunia kepada Nabi Muhammad adalah secara berangsur-angsur yaitu sedikit demi sedikit melihat situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu, serta sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang Jahiliyah kepada nabi. Dalam hal ini, Allah SWT menurunkan al Qur’an dengan dalam 2 bagian, yaitu: pertama, menurunkannya secara sekaligus, dan yang kedua, menurunkannya sedikit demi sedikit, hal ini sebagai pengagungan terhadap orang yang menerima al Qur’an itu. Semua perkataan ini telah disebutkan oleh Abu Syamah dalam kitab al Mursyid al Wajiz.
Selain itu, hikmah terbesar diturunkannya al Qur’an secara sekaligus ke Baitul Izza/langit dunia adalah sebagai bentuk nikmat terbesar yang telah diberikan Allah kepada umat manusia khususnya umat Islam, disamping diutusnya Nabi Muhammad SAW. karena diutusnya Nabi Muhammad kepada mereka umat manusia merupakan bentuk rahmat bagi mereka, dan ketika rahmat itu telah diturunkan, maka dibukaah pintu rahmat yaitu risalah Nabi Muhammad dengan diturunkannya al Qur’an. Maka ditaruhlah al Qur’an tersebut ke Baitul Izza/langit dunia agar dia masuk dalam batasan dunia. Lalu diletakanlah kenabian itu di hati Nabi Muhammad SAW. maka kemudian datanglah Jibril dengan membawa risalah yang disusul dengan wahyu(kh).
Dikutip dari SAMUDRA ULUML QUR’AN:al Itqan Fi Ulumil Qur’an, oleh Imam Jalaludin as Suyuthi Rahimahullah. Alih bahasa, Farikh Marzuqi Ammar, Lc, MA. Dkk, hal 228.



[1]Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.